" Sudah menunggu lama tuan bawel " suara itu
menghentikan lamunanku memandangi langit sore penuh keindahan, pandanganku yang
begitu lepas tanpa hambatan apapun membuat jiwaku begitu tenang, dan dia yang
aku tunggu sejak tadi telah hadir dihadapanku
dengan seorang cewek cantik yang aku minta maya mengenalkannya padaku, jelas
dia lebih cantik dari maya.
" Dika kenalin ini putri teman kuliahku, dan
putri kenalin ini dika sahabat terbaikku" kata maya mengenalkan, tak ingin
menyia-nyiakan waktu, langsung aku suguhkan tangan dinginku padanya, aku tak biasa
berhadapan dengan cewek cantik kecuali maya, aku memang sangat pemalu dan tidak
terlalu berani dengan wanita.
"Sudah jangan terlalu lama pegangan tangannya"
cegah maya yang terlihat jeales. Spontan ku lepas tanganku dari nya, putri
hanya tersenyum malu. Aku tak berbicara sedikitpun dengan putri.
" Hah" desah maya, gerak-geriknya seakan
ingin meninggalkan kami berdua, desah itu terdengar jelas di telingaku, dia selalu
mendesah jika merasa membosankan, dan PDKT kami terlihat membosankan dengan
berdiam diri sejak tadi.
" Aku pergi dulu ya " lanjut maya.
" Kau mau kemana mei?" tanyaku.
" E… aku ada perlu sebentar, kalian ngobrol saja dulu, aku tinggal dulu ya
putri" kata maya tersenyum kak dan bertingkah aneh, langkah nya begitu
berat di mataku.
" Kalian sudah berteman lama?" Tanya putri
padaku. Menghentikan pandanganku pada maya yang semangkin jauh dariku.
" Iya sangat lama, dari kecil sampai sekarang
kami selalu bersama, bahkan waktu SMA kami tidak bisa memiliki pacar karna
terlalu dekat, kalau pun ada itu tidak berlangsung lama, hah…. wanita mana sih yang
tahan melihat kedekatan kami seperti sepasang kekasih, kecemburuan selalu
terlihat di mata mereka" ucapku menjelaskan, hal itu mungkin tak di sukai
putri, aku malah membicarakan maya di
hadapannya.
" Ya... maya juga saat mengenalkanmu padaku, juga
terlalu memujimu, dia bilang kamu sangat baik" kata putri memuji.
"Oh ya...! Maya bilang begitu padamu,aku tidak terlalu seperti
yang dikatakan maya, maya tidak pernah
berubah dari dulu, selalu melebih-lebihkan"kataku mengelak.
" Oh ya.. Kamu suka nonton? Bagaimana kalau nanti
malam kita nonton, apa kamu sibuk nanti malam?" Ajakku.
" Tidak, aku tidak sibuk " jawab nya santai.
" Kamu suka film apa?" Tanyaku padanya.
" Biasalah wanita, tentunya film yang romantis dan
penuh drama" jawabnya dengan senyuman kecil diwajahnya.
" Membosankan" ucapku berbisik.
"Kenapa?" Tanyanya.
" Hmm tidak apa-apa. jadi nanti malam aku jemput
jam 7, kita nonton film romantic itu."
" Emang kamu tau rumahku?" Tanyanya
mengingatkanku.
"Oh iya.. Aku lupa, bagaimana kalau nomor ponsel
kamu, nanti aku telepon untuk menanyakan alamatmu." Pintaku.
"Bagaimana kalau nomormu saja, nanti aku yang
akan menelponmu." Pintanya kembali.
"Baiklah, tidak masalah. 085372437264" putri langsung mencatat
nomor teleponku.
" sepertinya aku harus pergi dulu, kamu tidak
apa-apa kalau aku tinggal sendiri." Lanjutku.
" Tidak apa-apa kok" jawabnya kecewa, tak seharusnya
aku seperti itu.
Aku melangkah meninggalkannya, aku menghawatirkan
maya, kemana dia pergi?.ternyata aku menemukan maya duduk menyendiri di pinggir
danau. Sedikit pun dia tidak merasakan langkahku menghampirinya.
" Sedang apa nyonya cerewet?" Aku duduk
disampingnya. Dia hanya terkejut melihatku, matanya seperti mencari-cari,
menoleh kekiri dan kanan.
" Mana putri? Kenapa kau sendirian?"
Tanyanya kebingungan.
"Putri katanya ada urusan penting, makanya aku
mencarimu. kau sendiri kenapa pergi dan menyendiri seperti ini? Jeales
ya?" Tanya ku memanasinya.
"Tidak! Aku tidak jeales, buat apa aku
jeales." Jawab keras maya, kata-katanya begitu tegas, tapi raut wajahnya
tampak penuh kebohongan, aku kenal betul bagaimana maya, dia tidak bisa
membohongiku. Bibir nya mengatakan tidak jeales tapi matanya mengungkap semua
persaannya.
" Oh yeaaaa?" Kata ku mengejek.
" Hmm... nanti malam aku mau jalan sama putri
" pancingku.
" Ya sudah, jalan saja sana " ucapnya. kerut
wajahnya tampak sedang jengkel, Maya langsung berdiri dan melangkah pergi
meninggalkanku.
" Mau kemana? " Tanyaku.
"Mau pulang lah, ini sudah sore, masih banyak
yang harus aku lakukan dari pada mendengarkanmu ocehanmu yang gak jelas itu."
jawabnya kesal. Dan melanjutkan
langkahnya dengan wajah yang kusut.
" Aku saja tidak pernah di ajaknya jalan, dia
malah pamer akan membawa putri jalan-jalan, kapan ada pangeran yang akan datang
menjemputku dan membawaku ketempat yang
romantis" ucap maya dalam hati.
Aku memenuhi janji ku pada putri, acara nontonku
dengannya berjalan membosankan, dia sangat dingin, tidak seceria maya, namun
aku tetap akan meneruskan permainan, aku tidak ingin membuat putri kecewa,
kedekatanku dengan putri membuatku harus memulai semua dengannya,, aku
semangkin dekat dengannya, dan bukan hanya nonton aku mengajaknya dinner ke
mall dan jalan-jalan ketempat yang romantis namun aku tidak melupakan maya yang
terus menjauhiku , hingga aku menyatakan cinta pada putri dan putri menerima
cintaku yang sesungguhnya tidak pernah aku miliki, tapi aku yakin seiring
berjalannya waktu aku bisa mencintainya dengan perlahan. Aku hanya tak ingin
merusak persahabatan yang telah aku bangun dengan maya sejak kecil hanya karna
aku mencintainya, dan aku yakin maya juga begitu, di hanya menganggapku sebagai
seorang sahabat.
Maya mengetahui hubunganku dengan putri, kebahagiaan
putri selalu ia katakan pada maya yang menanggapinya dengan biasa saja, hanya
senyuman yang berat yang iya beri sebagai ungkapan ucapan selamat kepada putri,
maya tidak memberi komentar sama sekali
tentang hubungannya denganku. Disitu tampak jelas bahwa maya memiliki perasaan
yang sama dengan putri.
Aku tak ingin maya merasa aku menjauhinya, dan aku
tetap bersikap seperti seorang sahabat terbaiknya dan sahabatnya sejak kecil,
namun aku merasakan senyumannya padaku tidak seindah dulu, perubahannya
terlihat jelas dengan cara dia memandangku.
"Selamat ya dik,aku senang kamu mendapatkan
wanita yang tepat, putri adalah wanita yang baik, tolong jangan kau sakiti
hatinya, dia sahabatku dik" ucap maya, dia ternyum lalu menangis, aku tak
mengerti dengan air mata itu,apakah air mata bahagia atau penyesalan.
Ku usap air matanya perlahan " mei... Kenapa kamu
menangis?" Tanyaku padanya.
" Tidak.. Aku tidak menangis, aku hanya bahagia
melihat sahabatku bahagia." Jawab maya mengelak, dia mengusap air matanya
seketika. Mencoba bersembunyi dari kenyataan.
"Kamu memang sahabat terbaikku mei." Kataku
sembari memeluknya.
Hari demi hari kulalui dengan putri, namu aku merasakan
hal yang berbeda, semenjak aku dengan putri, aku malah benar-benar kehilangan
sosok maya di kehidupanku, aku bingung mengapa jadi seperti ini, bahkan
hubunganku dengan putri tak membuat hatiku berpihak padanya,aku bersamanya tapi
hatiku tak bisa menerimanya.harapan demi harapan terus aku beri padanya, sampai
aku merasa jenuh dengan semua yang aku lakukan, aku tak menemukan kenyamanan
sedikitpun bersama putri.karnanya Maya semangkin jauh dariku, seakan maya tak
ingin mengganggu hubunganku dengan putri, mengingat kenangan buruk tentang masa
lalu saat semuanya kacau karna kedekatan kami.
Kini maya lebih sering menyendiri, Putri melihat maya
sedang duduk di tepi danau, berat hati putri ingin menemuinya, sebenarnya putri
mengetahui bahwa maya sangat mencintaiku, namun maya selalu menyembunyikan itu
semua.
“ maya adalah sahabatku, aku harus berbuat sesuatu
untuk membawa kembali senyum di wajahnya.” Gumam putri dalam hati.
Putri semangkin sadar dengan sikapku yang juga dingin
terhadapnya, aku bahkan kadang menganggapnya tak ada meski dia di sampingku.
perasaanku bimbang aku tak mau mengambil keputusan yang salah lagi, aku sudah
bermain dan aku harus mengakhirinya, namun aku harus bagaimana? Apakah aku
harus mengatakan pada putri bahwa aku tidak mencintainya? Dan aku mencintai maya? Tentu putri akan sangat
kecewa mengetahui hal itu, lalu apakah aku harus terus memakai topeng dan membohonginya dengan terus berpura-pura mencintainya?
tentu putri akan lebih sangat-sangat
kecewa? jika aku terus berbohong pasti akan ada kebohongan lagi, tapi sampai
kapan aku akan bertahan. kebodohanku dan ketidak beranianku menyatakan cinta
pada maya membawaku ke jalan yang salah, bahkan aku tidak tau bagaimana
perasaan maya terhadapku. Namun aku harus tetap mengambil keputusan.
Malam ini begitu berbeda, tak biasanya bintang tak
menunjukkan keindahannya, dan bintang yang berada di sampingku juga terlihat berbeda, tak ada senyum diwajahnya
sejak tadi. Ini saatnya aku mengatakan yang sejujurnya pada putri, aku sudah
mempersiapkan semuanya dengan matang, semoga putri dapat memahaminya dan
menerima semua kenyataan.
" Putri..? Aku mau ngomong sesuatu padamu." Kataku
yang duduk penuh dengan kegelisahan, Kata-kataku sangat meragu. Aku harus
bersikap tenang, putri juga akan menerima semuanya jika aku menjelaskannya
dengan baik.
" Bicara saja dik?"
" sebelumnya aku minta maaf, Aku mau bilang….."
" Kamu mau bilang kalau kau mencintai maya kan?"
Potong putri, aku terdiam heran, ternyata nalurinya sudah bekerja sejak lama.
" Maafin aku put? Aku udah coba untuk merubah
semua perasaan di hatiku, tapi.."
" Sudahlah dik, aku mengerti kok dan Aku paham
dik... ragamu memang bersamaku, tapi tidak dengan hati dan pikiranmu, semua itu
sangat jauh dariku,bahkan aku tak bisa merasakan cintamuuntuku, aku memang sangat mencintaimu dik, tapi keegoanku
akan merusak persahabatanku dengan maya, maya itu sahabatku dik, dia sudah
cukup banyak membantuku,ini saatnya aku
membalas kebaikannya, dan seharusnya
kamu tidak menyia-nyiakannya sejak dulu dik, semua tergantung padamu, jika kamu
terus menunda kamu akan semangkin kehilangannya." Matanya mulai berkaca
menjelaskan hal itu, putri seakan begitu kecewa, tapi batinnya akan lebih
tersiksa jika ia tetap menginginkan aku, karna dia akan melukai maya
sahabatnya, baginya sahabat itu lebih penting dari pada pacar.
" Hah.." Desahnya,desah nafas itu seperti menahan luka yang amat sangat dalam.
" Dik,? Kamu harus menemuinya dan yakinkan hatimu untuk mengungkapkan isi
hatimu padanya, aku juga yakin dia memiliki perasaan yang sama." Kata
putri sembari memegang tanganku.
" Makasih put...sudah mencintaiku dengan tulus, kamu
wanita yang baik, kamu akan mendapatkan lelaki yang baik yang tulus mencintaimu
dan tidak seperti aku." Ucapku meyakinkannya. Kuletakkan tanganku di atas
tangan yang sedari tadi memegang tanganku.perlahan kulepas tangannya kupeluk
tubuhnya mungkin untuk terakhir sebelum aku benar-benar pergi meninggalkannya
dan menemui cinta sejatiku. Langkahku
mulai meninggalkannya, putri hanya tersenyum berlinang air mata melepas
kepergianku.
Maya terlihat duduk menyendiri di depan rumahnya, terlihat
mendung diwajahnya, di pandangnya langit yang indah meski tanpa bintang, baginya
bintang itu hanyalah figuran, figuran itu jarang terlihat, dan langitlah pemeran utamnya matahari sebagai
pemeran kedua dan bulan sebagai peran pembantu, sejak dulu maya tidak pernah
mau menjadi bintang, dia ingin menjadi langitnya yang selalu terlihat meski di
selimuti tebalnya awan.
aku seakan ragu
untuk menemuinya, “ Haaaah ” ku tarik napas sepanjang-panjangnya, dan ku
yakinkan diri untuk melangkahkan kaki menuju cinta sejati.
" Hai nyonya cerewet?" Sapaku. Aku duduk di
sampingnya, tak sedikitpun dia menoleh kepadaku.
" Ada apa tuan bawel?" Sedikit dia melirikku
dengan senyuman kecil di wajahnya. Dia tak ingin menunjukkan kekecewaannya
padaku.
" Aku... aku Menyayangimu mei" ucapku
serius. Ku pegang erat tangannya, dia hanya tersenyum. Senyum itu penuh
kekecewaan.
" Aku juga menyayangimu, kamu kenapa sih,
pertanyaanmu aneh," katanya yang menyulitkanku, seakan dia ingin aku memperjelas
maksudku.
"Aku serius!"
Dia tertawa kecil " Jadi kau kira aku bercanda,
aku juga menyayangimu dika"
" Aku mencintaimu maya?" Ungkapku, Ku lepas
genggamanku, ku pegang kedua bahunya dan ku hadapkan dia tepat di hadapanku, mataku terus memandang
matanya yang terus menghindar.
" Kita bersahabat sudah lama dik, sejak kecil.
Dan sejak kita SMA, aku sudah memutuskan bahwa diantara kita tidak akan perna
terjadi apa-apa, aku hanya akan menganggapmu sebagai sahabat, tidak lebih dik.
Dan aku merasa kamu juga begitukan?.” Tanya maya setelah menjelaskan, aku
terdiam mendengar penjelasannya, aku tak menyangka dia berkata seperti itu. “kenapa
kamu tidak pernah mengungkapkan isi hatimu sejak dulu. Kini aku hanya bisa menganggapmu sebagai sahabatku, sahabat
terbaikku. Dan aku mencintai orang lain dik, maafkan aku" jelasnya. Aku
begitu kecewa, mataku berkaca dan hatiku terasa sakit, aku mulai menyesalinya,
aku tak butuh penjelasan lagi dari nya, yang aku butuhkan sekarang adalah,
bagaimana cara ku melupakannya,dan menerima kenyataan bahwa aku telah kehilangannya.
“ selamat ya mei semoga kamu bahagia dengannya.” Ucapku
sembari aku berdiri dan melangkahkan kakiku dengan berat hampir meninggalkannya. Air mataku mengiringi
jejak langkah yang terasa hampa.
" Hei bodoh.." Suara itu terdengar jelas di
telingaku.
" Hanya seperti itu! dasar lemah. Kau tidak mau
memperjuangkanku? sebatas itukah cintamu? itu yang dikatakan cinta Dengan
membiarkanku menikah dengan orang lain?" lanjutnya, langkahku terhenti,
aku tak mengerti apa maksudnya.
" Kau juga tidak mau tau siapa yang aku cintai? biasanya
kau selalu kepo padaku" langkahnya mulai mendekatiku, terasa jelas di
belakangku.
" Aku sudah kalah mei, dan sekarang aku akan
pergi, tidak ada yang harus aku perjuangkan lagi, harusnya sejak dulu aku memperjuangkannya,
bukan sekarang mei, sekarang sudah terlambat, biarlah ini jadi pelajaran
untukku agar tidak menunda-nunda mengatakan cinta padamu." Ucapku mengeluh.
Langkahnya mulai menghampiriku, dan dia berdiri tepat dihadapanku, air matanya
menetes membasahi pipinya.bahkan aku tak sanggup menatap matanya.
" Aku juga mencintaimu dik, sejak dulu sejak kita
SMA, dan aku sudah menunggu saat-saat seperti ini"ungkapnya. Matanya begitu
tulus menatapku, matanya berbinar seakan
ingin tumpah membasahi bumi.
" Tapi kau tak pernah peka, kau selalu saja
seperti orang bodoh" lanjutnya. Aku terkejut mendengar pengakuan nya,
kembali ku beranikan diri menatap matanya yang berlinang air mata.
" Kenapa kau diam saja, apa kau tidak ingin
memelukku dan mengatakan kalau kau sangat mencintaiku." Air mataku menetes
tak tertahan.aku memegang kedua tangannya. " Aku mencintaimu maya, sangat
mencintaimu, kau mau menjadi pendamping hidupku, dan menjadi bintang dihatiku"
ungkapku.
"Tidak dik, aku tidak mau menjadi bintang mu, aku
akan menjadi langitnya." Gurau nya. Sembari aku memeluknya.
" Berarti kau pemeran utamanya dong,tidak bisa
begitu, Aku pemeran utama kau pemeran keduanya nyonya cerewet." Kataku
menentang. Kulepas pelukanku, kuhapus air matanya dengan jemariku.
" Iyalah tuan bawel, aku jadi mataharinya saja
pun tidak apa-apa, asal tetap di bawah langit ya dank au harus menjagaku."
Ucapnya, sembari aku memeluknya kembali. " Iya nyonya cerewet aku akan
selalu menjagamu.” Terlihat seorang gadis di seberang jalan yang sedari tadi
memperhatikan aku dan maya, maya yang melihat nya dengan jelas hanya tersenyum,
gadis itu pergi sembari membalas senyuman maya, ia merasa yang dilakukannya
adalah hal yang benar dan hatinya merasa
lebih lega melihat kami bersama. Dengan menemui maya di tepi danau, putri sudah
menjelaskan semua pada maya, bahwa aku sangat mencintainya bukan putri,dan putri
meminta maya untuk bersama denganku, namun maya menolak permintaan itu, maya
tidak mau menyakiti putri, tapi putri akan lebih tersakiti jika terus tertawa
di atas penderitaannya.
“ aku ikhlas mei… persahabatan kita lebih berarti, kau
adalah sahabat terbaikku mei” jelas putri.
“ terima kasih put… kau juga sahabat terbaikku” Putri
memeluk maya dengan kasih sayang seorang sahabat.
Arti sebuah persahabatan itu membuka mataku dengan
lebar, bahwa akulah penyebab semuanya.
Kini aku sadar jika cinta harus di ungkap bukan untuk
di pendam, Selama kita memendam selama itu juga kita tidak akan pernah tau
perasaannya, katakanlah apapun yang akan terjadi, kejujuran itu lebik meski pun
pahit.
Dan jangan pernah memaksakan persaanmu, jangan pernah
membohongi cinta, karna itu akan menyakitimu dan orang yang kamu cintai.
Tamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar